Pertemuan Terakhir

“Aku merindukanmu.”

“Aku juga merindukanmu.”

“Tidak, bagaimana bisa kau merindukanku? Kau hanya sibuk bersamanya”

“Dengerin aku flo, aku selalu merindukanmu. Meskipun aku bersamanya. Aku selalu mengingatmu. “ Darwin mencoba menjelaskan, berharap flo akan mendengarkannya.

Si Kece di Kota Pahlawan

Panas Menusukku,

Menerobos tulang rusuk menjadi sedikit hampir remuk. Kala itu masa menangkapku kembali. Mengajakku kembali bergelut bersama senyuman itu. Aku tahu kamu pun tak akan pernah tersentak akan hal ini. Tapi aku? Aku bisa.

Inikah Cara Baru Untukku Bahagia?

“Kamu, JAHAT!!”

“Tuut.. tuut.. tuut..” suara telfon terputus.

Kesekian kalinya ia melepaskan air matanya yang tak harus ia lepaskan seperti 1 tahun silam. Mungkin kini ia berada dalam kegelapan yang rapuh. Tanpa ia kenali siapa yang menjadi alasan ia tersenyum, tertawa, menangis, meratap, bahagia, ia tak kunjung arah. Tujuannya hanya ingin bahagia.

Terima kasih,Cinta.

“Aku ingin pulang, Ingin cepat pulang

Agar aku dapat bertemu kamu.”

Untukmu

“Wajah lucu yang selalu tak pernah permisi pergi dari pikiranku, apa kabar kamu disana? Semoga Tuhan yang Esa selalu membawamu dalam kedamaian.”

Mendekap Rindu, Sendirian.

Tak ada bunyi dari ponselku. Malam ini,aku terjerat ketakutan. Yah,aku kehilangan. Lagi-lagi aku kehilangan keceriaannya,aku kehilangan canda tawanya, aku kehilangan perhatiannya, aku kehilangan manjanya.

Ini Bukan Diriku!!!

Aku tersentak ketika aku membacanya. Aku tersadar,ketika itu aku seperti dihentak keras oleh sebuah huruf yang berjejer. Yah,tulisan. Sebuah pengakuan yang menyadarkan aku bahwa begitu jahatnya aku.